Harga Pangan Melonjak di Bulan Ramadhan, Adakah Solusi Tepat?
Oleh; Nasywa Adzkiya (Aktivis Muslimah Kalsel)
Event tahunan umat Islam yaitu bulan Ramadhan telah berlangsung. Selama 1 bulan penuh umat Islam akan menjalani ibadah puasa. Sudah barang tentu kebutuhan pokok menjadi incaran masyarakat untuk menjalani bulan Ramadhan ini. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya ketika melonjaknya permintaan akan kebutuhan pokok maka juga diikuti dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok tersebut. Hal ini seakan sudah menjadi hal biasa yang dialami oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya pada saat memasuki bulan Ramadhan.
Sebagaimana mengutip dari kumparan.com (4 Februari 2025) Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan komoditas-komoditas tersebut kini masih dijual di pasaran dengan harga di atas Harga Acuan Pembelian (HAP) juga Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Di tingkat konsumen, komoditas harga yang di atas HAP, HET, di antaranya MinyaKita, cabai rawit merah, cabai merah keriting, dan beras medium,” kata Arief dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa (4/2).
Berdasarkan Nomor 12 tahun 2024 tentang harga acuan pembelian dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen komunitas kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai rawit merah, cabai merah keriting, gula konsumsi dan daging sapi atau kerbau, HAP cabai rawit merah berkisar antara Rp 40.000 hingga Rp 57.000 per kg dan cabai merah keriting Rp 37.000 hingga Rp 55.000 per kg.
Permasalahan kenaikan harga sembako ini tentu semakin membebani rakyat. bagaimana tidak, setiap tahun masyarakat selalu dihadapkan dengan naiknya harga kebutuhan pokok. Namun hal ini seolah dianggap wajar dan biasa. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa semakin hari pendapatan masyarakat semakin sulit. Kenaikan harga sembako ini bahkan dikhawatirkan akan terus mengalami lonjakan hingga menjelang idul fitri nanti. Masyarakat seolah tak ada pilihan lain selain harus membeli dengan harga yang mahal karena kebutuhan. Lantas, dimana peran negara?
mengapa harus selalu berulang setiap tahunnya? Apakah pemerintah tidak memiliki solusi?
Kapitalisme Biang Kerok
Permasalahan pangan di negeri ini menjadi momok yang belum bisa dituntaskan hingga ke akarnya. Hal ini menjadi bukti bahwa sistem yang diterapkan hari ini yaitu kapitalisme telah gagal dalam menjamin kebutuhan pangan rakyatnya.
Sudah seharusnya negeri ini membenahi tata kelola pangan baik dari tata kelola produksi hingga distribusi.
Dengan mahalnya harga kebutuhan pokok di bulan Ramadhan ini, tentu menjadikan masyarakat harus lebih memutar otak. Hal ini akan berdampak pada kekhusyuan umat islam dalam beribadah. Mereka akan disibukan dengan bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga ibadah pun tak fokus lagi. Seharusnya negara memberikan kemudahan pada rakyatnya agar dapat menjalani ibadah dengan tenang tanpa dibebani dengan pikiran naiknya harga pangan.
Harus Ada Peran Negara
Tidak seharusnya permasalahan pangan di negeri ini terus-terusan menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Sungguh miris dan ironis, negara dengan berlimpah ruahnya kekayaan alam namun rakyatnya harus menerima pil pahit mahalnya harga kebutuhan pokok, kelaparan, kemiskinan hingga stunting.
Permasalahan melonjaknya harga sembako menjelang Ramadhan seharusnya bisa dituntaskan oleh negara jika pemerintah benar-benar serius memikirkan nasib rakyatnya. Namun yang terjadi sebaliknya, selama kapitalisme masih bercokol di negeri ini maka kepentingan para pemilik modal akan menjadi hal yang utama dibandingkan nasib rakyat jelata.
Demi mencari keuntungan para pemilik modal akan melakukan praktik-praktik curang seperti mengumpulkan stok dan tidak menjualnya hingga waktu tertentu. Lalu mereka akan menjual barang tersebut dengan harga mahal. Mereka tidak perduli kepada nasib rakyat selain ingin meraup keuntungan dari mereka. Praktik seperti ini wajar dalam sistem kapitalisme. Karena itu, permasalahan harga kebutuhan pokok tidak akan pernah selesai selama sistem yang digunakan adalah kapitalisme.
Hal ini sangat berbeda dengan islam, jika islam diterapkan menjadi aturan kehidupan maka sudah barang tentu pemimpinnya akan berpihak kepada rakyat, negara akan memudahkan rakyatnya agar dapat beribadah terutama di bulan Ramadhan. Dalam pemerintahan islam negara akan berorientasi pada kepentingan rakyat, sehingga kesejahteraan rakyat akan menjadi prioritas utama.
Negara akan mengelola pangan sedemikian rupa murah hingga gratis dengan mudah diperoleh oleh rakyat. Negara tidak akan membiarkan rakyatnya kesusahan bahkan kelaparan. Karena kepimimpinan dalam islam adalah kepemimpinan yang akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah kelak. Wallahualam bishowab.