CAHAYA ISLAM UNTUK INDONESIA GELAP
Oleh : Inge Oktavia Nordiani
Dilansir dari Kompas.com, 18 Februari 2025 trending topic di media sosial X sejak awal Februari 2025 #Indonesia Gelap telah dipakai dalam setidaknya 743.000 unggahan warganet. Apa yang melatarbelakanginya? Pemicunya adalah banyaknya kebijakan pemerintah yang menuai kontroversi mulai dari kelangkaan gas elpiji, efisiensi anggaran yang menimbulkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kebijakan lainnya. Istilah Indonesia gelap semakin meluas seiring aksi demo mahasiswa dari berbagai kampus Indonesia pada 17 Februari 2025. Terdapat 13 tuntutan masa aksi Indonesia gelap. Ancaman pun dilayangkan oleh Koalisi Masyarakat Sipil untuk mengadakan aksi serupa apabila tuntutannya tidak dipenuhi.
Presiden Prabowo menyinggung perihal Indonesia gelap yang ramai disuarakan beberapa akhir ini. Diungkap di dalam sambutannya di kongres VI Partai Demokrat di Eits Carlton, Jakarta Selatan terkait efisiensi yang dilakukannya Prabowo menilai menghemat itu baik. Prabowo ingin publik melihat hasil kebijakannya dalam beberapa tahun kedepan. Hasilnya pun akan dinikmati para generasi muda ke depan. Ia lalu mempertanyakan pihak yang melihat Indonesia gelap (Detiknews, 25 Februari 2025).
Fakta tak terbantahkan tengah terjadi di negeri ini. Hingga respon pragmatis terjadi di tengah-tengah generasi yang seakan putus asa akan harapan perubahan di negeri ini. Beberapa waktu sebelumnya juga muncul #kabur aja dulu. Mereka memandang belajar maupun bekerja ataupun hanya sekedar tinggal di luar negeri terasa lebih menentramkan. Walaupun kemudian muncul pertanyaan lanjutan apakah ketika mereka memilih untuk kabur dari negeri ini permasalahan Indonesia menjadi selesai?
Sungguh seharusnya masyarakat membutuhkan kejelian di dalam memahami duduk persoalannya. Perlu diperhatikan hal yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan akar masalah ataukah hanya cabang? Apabila ditelusuri sistem kehidupan kapitalisme yang bercokol sejatinya yang menjadi penyebab dari semua ini. Hal ini bukanlah tanpa bukti. Senada dengan yang disampaikan oleh cendekiawan muslim, Ustadz Ismail Yusanto yang menyatakan diksi Indonesia gelap yang digaungkan dalam aksi massa mahasiswa akan tepat menggambarkan kondisi negeri yang ruwet dan seolah tidak ada jalan keluar. Ustaz Ismail Yusanto mengingatkan yang penting dipikirkan oleh mahasiswa apakah persoalan-persoalan yang ada merupakan akar atau cabang dari sesuatu yang lebih besar? Yang ada sekarang sebenarnya adalah percikan-percikan akar persoalan yang lebih besar. Misalnya ketidakadilan hukum karena hukum hanya menjadi alat kepentingan politik sebab hegemoni penguasa terhadap dunia hukum. Penguasa sudah tidak lagi menjadi penjaga negara dan penjaga konstitusi. Sebabnya ia melanjutkan penguasa tersebut terlalu banyak memberikan kelonggaran kepada berbagai pihak untuk kemenangan konstelasi politik yang bersangkutan baik di tingkat kabupaten/ kota Provinsi maupun Nasional. Akibatnya penguasa tidak bisa bersikap tegas. Tampaklah demokrasi transaksional yang menjadi akar dari persoalan ini sangat berbahaya terangnya demokrasi itu sendiri sudah problem apalagi demokrasi transaksional yang berkuasa bukan lagi rakyat tetapi pemilik modal.
Apabila dari sistem saja sudah tidak bisa diharapkan maka dibutuhkan sistem pengganti yang bisa mengobati. Sudah saatnya manusia kembali kepada jalan aturan ilahi yang memanusiakan manusia. Kembali kepada syariat Allah yang mengatur segala sesuatu dari hal yang sepele hingga yang rumit. Sungguh Allah adalah mengatur segala sesuatu ini sehingga kehidupan tidak lagi menjadi trial and error. Syariah Islam telah membawa manusia dari kehidupan dahulu yang gelap (jahiliah) menuju cahaya yang terang benderang.