Sosialisasi Moderasi Beragama: Upaya atau Tantangan Pendidikan Generasi



Oleh: Nurul Izzah Aktivis Mahasiswa Malang Raya

Balikpapan, Kalimantan Timur – Pada Rabu, 11 September 2024, Iriana Joko Widodo, Wury Ma'ruf Amin, dan sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) menggaungkan pentingnya moderasi beragama kepada 500 pelajar lintas agama di Balikpapan. Acara ini bertajuk "Sosialisasi Moderat Sejak Dini" dengan tema "Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia" dan bertujuan menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejak dini.

Eny Retno Yaqut, istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, menyampaikan bahwa kegiatan ini ditujukan untuk membentuk generasi yang cinta damai dan toleran. Dengan moderasi beragama, diharapkan para pelajar dapat tumbuh dengan sikap saling menghormati dalam keragaman.

Di penghujung acara, Iriana Jokowi menyampaikan rasa terima kasih atas partisipasi semua pihak dan menyebutkan bahwa meski dirinya akan purna tugas pada 20 Oktober mendatang, kegiatan serupa akan tetap berlanjut di masa depan.

Berdasarkan hal ini, dapat kita simpulkan bahwa sosialisasi terkait moderasi beragama ini tidak akan berhenti sampai disini. hal ini tentunya sungguh memprihatinkan, karena lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat mendidik generasi dengan pemahaman Islam yang benar, malah menjadi tempat menyemai moderasi beragama. Tentu ini adalah hal yang berbahaya dan patut kita waspadai. 


*Krisis Moral Remaja: Moderasi Beragama sebagai Solusi atau Pengalihan?*

Masalah dekadensi moral remaja Indonesia kian memprihatinkan. Kasus perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba, hingga kriminalitas terus meningkat, menimbulkan kekhawatiran mendalam di masyarakat. Namun, alih-alih mencari solusi yang sesuai dengan permasalahan, pemerintah malah mendorong moderasi beragama, yang tentunya tidak menyentuh akar permasalahan yang dihadapi oleh generasi muda. Padahal, krisis moral pada remaja sangat sudah berada pada tahap yang darurat yang membutuhkan solusi segera. 

Sementara itu, Moderasi beragama di institusi pendidikan sejatinya diarahkan untuk mencegah radikalisme di kalangan pelajar. Pemerintah, dalam hal ini, memandang radikalisme sebagai ancaman ideologi terhadap Kapitalisme, sehingga fokus diarahkan pada pembentukan generasi yang moderat dalam beragama. Namun, justru menjauhkan generasi muda dari kepribadian Islam yang sebenarnya. 

Masalah dekadensi moral pada remaja adalah hal yang mendesak untuk diatasi, dibanding isu radikalisme yang dibuat-buat untuk memecah belah umat islam. Namun, tampaknya apa yang dikhawatirkan oleh pemerintah bukanlah kerusakan moral pada generasi muda, melainkan ancaman bangkitnya islam. Kebijakan moderasi beragama merupakan cara yang dilakukan negara untuk menjaga sistem yang ada sesuai dengan arahan Barat. Program ini merupakan bagian dari proyek Barat yang mempromosikan pemikiran liberal seperti hak asasi manusia (HAM), pluralisme, dan nilai-nilai Barat lainnya yang tidak sejalan dengan ajaran Islam.


*Peran Pelajar Muslim: Menjadi Duta Islam*

Pelajar seharusnya menjadi duta islam yang memegang teguh ajaran islam yang murni, tanpa terpengaruh oleh pemikiran barat. Namun, hal ini mungkin akan sulit mereka lakukan, mengingat banyaknya serangan pemikiran yang datang dari berbagai arah. Belum lagi, karakter generasi muda zaman sekarang yang gampang terpengaruh dan lebih mementingkan diri sendiri, membuat mereka menjadi sasaran empuk serangan pemikiran Barat. 

Hal ini wajar terjadi sebab, sistem pendidikan yang digunakan tidak fokus untuk mendidik generasi menjadi pribadi yang tangguh. Output pendidikan dalam sistem kapitalisme hanyalah sebatas mencetak generasi yang siap menjadi pekerja pada industri. Karakter generasi muda Muslim yang produktif, tangguh, dan berperan dalam membangun peradaban yang mulia hanya dapat terwujud melalui negara yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh, yaitu melalui Khilafah.

Dalam sistem pendidikan Islam yang dinaungi Khilafah, generasi muda akan dibina dengan ideologi Islam yang kuat, tradisi dakwah akan dihidupkan, dan negara akan berperan aktif dalam meningkatkan kualitas generasi. Dengan demikian,akan terwujud generasi yang menjadi penjaga Islam dan negara, bukan hanya sekedar moderat dalam beragama.

Wallahu a’lam bisshowab

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel