Moderasi Beragama Racun Mematikan Bagi Remaja
Oleh : Aisha Besima (Aktivis Muslimah Kalsel)
Beberapa waktu terakhir, ketika melihat berita ada saja hal yang membuatku hati berdenyut. Bukan karena senang atau bersemangat. Namun, justru membuat hati kian teriris, bagaikan luka yang ditaburi garam. Miris, kata yang bisa mewakili perasaan para pendidik generasi.
Bagaimana tidak sedih, jika hari ini degradasi moral terus menerus terjadi, kriminalitas selalu menimpa remaja, dan yang memprihatinkan lagi pelaku pun juga remaja.
Dilansir detikSumbagsel Rabu (4/9/2024), para pelaku masing-masing berinisial IS (16), MZ (13), AS (12), dan NS (12). IS terungkap sebagai otak perbuatan bejat itu. Kapolrestabes Palembang, Kombes Harryo Sugihhartono menerangkan motif IS mencabuli korban adalah ingin melampiaskan nafsunya. Pasalnya, sebelumnya ia menonton film porno dari handphone salah satu tersangka (www.detik.com, Jum'at 06/9/2024).
Program pemerintah juga turut membuat kita bingung, bukan menyelesaikan problematika rusaknya moralitas remaja dengan membentuk kepribadian Islam. Akan tetapi, pemerintah melalui program yang dilaksanakan oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo (Jokowi) akan menyosialisasikan moderasi sejak dini di madrasah, Kota Balikpapan, Rabu (11/9/2024). Dalam kegiatan sosialisasi ini, Iriana didampingi Wury Ma'ruf Amin dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE-KIM).
Sosialisasi tentang moderasi sejak dini di madrasah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama pada anak-anak. Pengintegrasian Kurikulum dengan menggabungkan konsep moderasi beragama ke dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam, Pancasila, dan Kewarganegaraan. Pengembangan Karakter melalui kegiatan keagamaan, siswa diajak untuk mempraktikkan sikap toleran, menghargai perbedaan pendapat, dan menghormati keragaman (www.kompas.com, Rabu 11/9/2024).
Perlu diketahui, istilah “moderasi beragama” diperkenalkan pertama kali oleh lembaga think tank Amerika, RAND Corporation, dalam dokumennya berjudul “Building Moderate Muslim Networks” (Membangun Jaringan Islam Moderat) pada 2007. Artinya, istilah moderasi beragama bukan berasal dari para ulama. Mirisnya, agenda global ini malah dipatuhi oleh negeri-negeri muslim, tidak terkecuali Indonesia. Negeri-negeri muslim menjadi pembebek sejati agenda global yang diciptakan Barat.
Kemenag telah merilis buku Pedoman Penguatan Moderasi Beragama yang menjadi panduan untuk lembaga pendidikan, baik di madrasah, sekolah, maupun perguruan tinggi dalam menerapkan nilai-nilai keagamaan yang moderat.Pengarusan moderasi beragama telah dilakukan sejak dini sebab anak PAUD dianggap rentan menerima pemikiran radikal. Ingat saat “tepuk anak soleh” dianggap bibit Islam radikal? Sefobia itulah umat Islam pada agamanya. Bahkan, Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan (BKPP) Yogyakarta mengenalkan model parenting moderasi beragama. Sungguh nahas kaum muslim, sedari balita sudah tercekoki pemahaman kufur ini.
Moderasi beragama lahir dari Barat yang memiliki pemahaman sekuler. Siapa pun yang menyetujui konsep tersebut, berarti ia telah sepakat agamanya harus disesuaikan dengan pemahaman kufur Barat. Artinya lagi, moderasi beragama sama dengan ‘beragama sesuai keinginan Barat’. Tentu ini sangat berbahaya bagi akidah umat Islam dan dapat mengadang kebangkitan Islam.
Melihat fakta diatas, karena masifnya gempuran pemikiran, peraturan, dan gaya hidup telah membuat pemuda muslim makin jauh dari Islam. Semua ini mampu mencabut identitas Islam, ekploitasi ekonomi sampai perubahan lifestyle, dan mental pemuda. Fakta problem remaja termasuk pelajar adalah berupa dekadensi moral remaja yang makin parah ,(perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba, kriminalitas, dll), tapi pemerintah menyolusi dengan pengurusan moderasi beragama yang tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi.
Rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan akan berdampak terhadap rendahnya kualitas pemuda. Dengan posisi strategisnya, tidak heran jika musuh-musuh Islam menjadikan pemuda sebagai sasaran tembak dari perang pemikiran yang mereka lancarkan. Perang pemikiran dilancarkan Barat secara sistematis di semua lini.
Jika kita mencermati kondisi pemuda muslim sekarang, banyaknya permasalahan yang menimpa mereka bermuara pada satu hal yang sangat mendasar, yaitu serangan ide sekuler kapitalisme ke dunia Islam. Sungguh, para pelajar merupakan tokoh masa depan, aset yang sangat berharga untuk kemajuan bangsa serta negara. Oleh karenanya, mereka harus diajarkan untuk peka terhadap realitas dan diajak untuk mengenal ajaran agamanya. Tentu agar pemuda bisa berubah menuju lebih baik, lebih kritis, dan tidak mudah terbawa arus penjajahan ideologi kapitalisme. Dengan demikian, kita harus menyelamatkan generasi dari moderasi beragama.
Pemuda harus disadarkan akan bahaya moderasi Islam serta mendapat gambaran jelas mengenai Islam secara utuh, yakni Islam kafah. Tidak lain agar mereka tidak terjebak dengan upaya Barat merusak generasi.
Maka, memahamkan pemuda haruslah dari segala arah sebab jauhnya pemuda dari Islam adalah persoalan sistemis. Mulai dari lingkungan pendidikan, media, hingga keluarga, semua harus turut melindungi generasi dengan memberikan pemahaman yang benar tentang Islam. Semua ini tidak akan mungkin terlaksana jika sistem yang menaunginya adalah sistem kufur..
Tidak ada tempat bagi moderasi beragama di dalam Islam. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, justru ini tidak lebih sebagai sebuah strategi Barat untuk menyesatkan pemahaman umat. Maka, upaya yang harus dilakukan ialah menanamkan pemikiran Islam yang murni yang diamalkan dalam kehidupan, serta didukung oleh suasana masyarakat yang Islami, maka generasi muda insyaallah akan terhindar dari kerusakan. Bahkan, mereka akan mampu menangkal kerusakan yang menggempur remaja. Wallahualam bishowab.