Makna Hakiki Cinta terhadap Nabi Muhammad SAW.

 


Penulis: Pipik Wulandari

(Aktivis Muslimah, Ngaglik, Sleman, DIY)

Islam adalah agama yang Allah Swt. turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengatur hubungan manusia dengan Al Khaliq (Allah SWT.), manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan sesamanya. Dalam Islam umat Muslim diperintahkan untuk mencintai serta menjadikan Rasulullah Muhammad SAW. sebagai suri tauladan di dalam kehidupan.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi  orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (TQS. Al-Ahzab Ayat 20).

Ketika berbicara tentang kecintaan terhadap Rasulullah SAW. maka patut kita bedakan secara makna  kecintaan secara fitrah dan kecintaan secara hakiki. Contoh kecintaan secara fitrah ketika seorang suami cinta terhadap pasangannya. Atau pun ketika seorang ayah cinta terhadap putra putr nya. Namun, berbeda ketika kecintaan kita ini bermakna secara hakiki yang bermakna syar'i, yaitu kecintaan yang diperintah kan oleh Allah Ta'ala. Sekaligus ini menunjukkan manifestasi bentuk cinta kita kepada Allah SWT..

Cinta dan taat kepada Allah SWT. mengharuskan kita cinta pula kepada Rasulullah Muhammad SAW., begitu pun sebaliknya. Sehingga, kecintaan ini menjadi kecintaan yang beriringan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Mencintai Nabi Muhammad SAW. adalah bagian dari ketaatan kita terhadap Allah serta menjadi bagian atau konsekuensi keimanan kita. Di dalam diri Nabi Muhammad SAW. terdapat sosok suri tauladan yang sempurna sebagai manusia sekaligus pemimpin dunia yang ideal.

Beliau menjadi sosok pemimpin yang tidak lekang dari masa ke masa. Kemasyhuran beliau dalam memimpin peradaban Islam sudah selayaknya dijadikan contoh. Rasulullah SAW. begitu gigih dalam perjuangan dakwah Islam hingga berjaya dan tegak di muka bumi. Beliau melakukan penakhlukan (futuhat) dan jihad di jalan Allah. Memperluas wilayah dakwah Islam dengan kekuasaan yang damai. Mengikat perjanjian-perjanjian dengan negeri-negeri lain, bukan dalam bentuk penjajahan, namun untuk mengembalikan aturan kehidupan pada hukum-hukum Allah SWT. Sehingga, keberkahan suatu negeri akan terwujud dengan ridha Allah Ta'alaa. Kesempurnaan Islam yang dibawa Rasulullah SAW. akan mendatangkan rahmat Allah SWT. bukan hanya kepada umat-Nya saja, namun untuk seluruh alam.

Sebagaimana Allah SWT. Berfirman:

"Dan, Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (TQS. Al-Anbiya' Ayat 21).

Rasulullah SAW. adalah rool model pemimpin yang adil, berwibawa, dan cerdas dalam mengatur strategi dakwah. Namun, realitanya saat ini banyak yang mengaku cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya tapi enggan untuk menerapkan aturan yang bersumber dari Allah SWT. yang diemban oleh Rasul, termasuk dalam sistem bernegara. Sejatinya, ketika zaman Rasulullah SAW. hingga masa Khulafaur Rasyidin dan diteruskan pada masa-masa kekhalifahan setelahnya, tidak ada aturan yang diterapkan kecuali hanya Islam. Hukum-hukum Islam yang bersumber dari Al Quran dan Sunah lah yang menjadi pedoman, bukan hukum buatan manusia seperti sekarang ini yang lebih mengadopsi pemikiran Barat. Jadi, sesungguhnya makna hakiki mencintai Nabi Muhammad SAW. adalah berittiba' mengikuti segala yang dicontohkan beliau termasuk dalam kepemipinan yang adil berlandaskan Al Quran dan Sunnah.


Wallahu A'lam bishowab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel