Minyak Kita Naik, Rakyat Kembali Panik

 



Oleh Ummi Neneng

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa negara kita kaya akan Sumber Daya Alam( SDA) yang sangat melimpah dan beraneka ragam. Salah satunya adalah di bidang pertanian. 


Dimata dunia, negara kita dikenal sebagai Negara Agraris(Negara Pertanian), artinya Negara kita memiliki keunggulan khususnya dalam bidang pertanian. Sebagai contoh, kita memiliki perkebunan kelapa sawit yang terhampar begitu luas. Bahkan di Era kepemimpinan presiden Suharto, kita bisa menjadi  Negara swasembada beras, sungguh menakjubkan bukan?


Namun jika kita  perhatikan kondisi saat ini sangatlah tidak masuk akal. Sebagaimana pernyataan yang terlontar dari Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai langkah pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) MinyaKita dari Rp 14.000 menjadi Rp 15.700 tak masuk akal (tempo.co, 20/07/2024). Pasalnya, dia menyebut Indonesia merupakan eksportir minyak sawit mentah (CPO), artinya negara penghasil kelapa sawit terbesar, yang memiliki bahan baku minyak goreng tapi ini justru harga minyak goreng malah naik.


Lagi-lagi masyarakat dibuat panik dan pusing oleh kebijakan pemerintah, entah sampai kapan masyarakat dihadapkan dengan kondisi serba kesulitan dalam  memenuhi kebutuhannya akibat salah kebijakan. Khususnya dalam penggunaan minyak  goreng jika harganya naik dan mahal, sementara minyak goreng yang bersubsidi langka dipasaran.  Dan yang paling terkena imbasnya adalah masyarakat kelas ekonomi kecil.


Mengapa hal tersebut bisa terjadi, hal ini menunjukkan adanya salah kelola akibat penerapan sistem ekonomi Kapitalisme, sehingga pengaturan atau periayahan kebutuhan rakyat tidak pro rakyat. Apalagi negara tidak berperan dalam distribusi, dan justru dikuasai oleh Perusahaan yang memperpanjang rantai distribusi dan mengakibatkan harga makin mahal.


Faktanya hari ini, yang menangani pengolahan kelapa sawit( bahan baku) hingga menjadi minyak goreng diserahkan kepada swasta(para oligarki). Merekalah yang hari ini  berperan dalam mengendalikan  harga di pasaran, dari mulai mengolah bahan baku hingga menjadi  bahan jadi. Begitu pula mekanisme pasar, sehingga yang terkena dampak dari kebijakan antara penguasa dan pengusaha lagi- lagi masyarakat yang ekonomi kelas kecil. Mereka kesulitan untuk membeli minyak goreng dikarenakan harga yang terus naik.


Sungguh  miris memang, disaat perekonomian masyarakat sedang sulit, ditambah lagi PHK besar- besaran maka tingkat pengganguran pun kian bertambah. Bahkan Negeri kita masuk diurutan nomor satu di Asia karena tingkat penganggurannya yang tinggi.

Alih -alih mendapatkan solusi untuk hal itu, yang ada justru rakyat terbebani lagi dengan harga-harga sembako yang terus merangkak naik, seperti halnya Minyak Kita.


Ironi memang, minyak yang seharusnya menjadi milik kita di Negeri kita sendiri karena melimpahnya perkebunan kelapa sawitnya, justru sekarang menjadi barang yang antik dan langka. Kembali lagi, itu semua terjadi karena kesalahan dalam mekanismenya akibat sistem.


Agar semua itu bisa teratasi, tentunya peranan negara harus hadir. Apalagi Islam memandang bahwa pemenuhan kebutuhan pokok menjadi tanggung jawab negara dengan berbagai mekanismenya sesuai syariat islam. 

Penerapan sistem ekonomi Islam dalam pengelolaan sawit akan menjadikan minyak mudah didapat dengan harga murah.

Penerapan sistem Islam secara keseluruhan akan mewujudkan kesejahteraan rakyat, karena negara menjadi pihak pengendali distribusi kebutuhan rakyat termasuk minyak.


Insya Allah semua ada solusinya apabila islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai khilafah.


Wallahu 'alam bishowwab

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel