Istikamah dalam Dakwah Literasi


Oleh. Maman El Hakiem

Menulis bukan sekadar rangkaian kata-kata yang tertata rapi di atas kertas atau layar. Bagi penulis yang berusaha menyampaikan solusi Islam di tengah kehidupan yang semakin sekuler, menulis adalah bentuk jihad intelektual. Di dalamnya, ada perjuangan, dedikasi, dan harapan besar untuk membawa perubahan.


Bayangkan seorang musafir yang tengah menempuh perjalanan panjang. Di tengah jalan, rintangan dan tantangan tak terhindarkan. Begitu pula dengan penulis. Setiap penulis pasti pernah merasa lelah, ragu, bahkan ingin menyerah. Namun, seperti musafir yang memiliki tujuan akhir, penulis pun harus memiliki visi yang kuat.


Setiap perjalanan dimulai dengan niat. Niat yang tulus dan ikhlas menjadi bahan bakar yang akan mendorong langkah-langkah kita. Mengapa kita menulis? Apa yang ingin kita capai? Jika niat kita adalah untuk menyampaikan kebenaran dan menawarkan solusi Islam di tengah masyarakat yang sekuler, maka kita harus terus mengingat niat tersebut di setiap langkah kita.


Selain itu,  setiap penulis pasti akan menghadapi kritik, penolakan, dan mungkin rasa tidak percaya diri. Namun, ingatlah bahwa rintangan adalah bagian dari perjalanan. Seperti musafir yang harus menghadapi badai dan terjalnya jalan, penulis pun harus teguh menghadapi setiap rintangan.


Kritik bisa menjadi bahan refleksi untuk memperbaiki diri. Penolakan adalah kesempatan untuk lebih giat berusaha. Ketidakpercayaan diri adalah sinyal untuk terus belajar dan mengasah kemampuan.


*Kesadaran Tentang Ilmu*


Harus disadari pula bahwa  Islam sangat menekankan pentingnya ilmu. Dalam menulis, pengetahuan adalah senjata kita. Dengan memperdalam ilmu tentang Islam dan memahami konteks sekularisme, kita bisa menjadikannya sebagai amunisi untuk menyusun argumen yang kuat dan solutif. Penulis harus rajin membaca, belajar, dan berdiskusi dengan para ahli.


Satu hal yang penting lagi, menulis adalah  proses yang membutuhkan konsistensi dan disiplin. Seperti musafir yang terus melangkah meski lelah, penulis juga harus terus menulis meski ide kadang tersendat. Buatlah jadwal menulis yang teratur dan patuhi dengan disiplin. Ingat, setiap kata yang ditulis adalah langkah menuju tujuan yang ingin dicapai.


Jika bercermin pada sejarah Islam, kita akan menemukan banyak inspirasi dari kisah para nabi dan sahabat yang teguh dalam menyampaikan kebenaran meski dihadang berbagai cobaan. Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya adalah contoh nyata bagaimana mereka tetap teguh menyebarkan Islam di tengah penolakan dan tantangan. Kisah mereka bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita.


Oleh sebab itu,  dakwah literasi  memiliki peran penting dalam membentuk pemikiran masyarakat. Melalui tulisan, kita dapat menyebarkan pengetahuan, memengaruhi opini, dan menawarkan solusi. Sadarilah bahwa tulisan kita memiliki dampak yang besar. Ini adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.


Terakhir, jangan lupakan kekuatan doa. Berdoalah agar Allah Swt. memberikan kekuatan, petunjuk, dan keberkahan dalam setiap langkah kita. Meminta pertolongan kepada-Nya adalah cara terbaik untuk menghadapi segala tantangan.


Pasalnya, penulis yang mengusung solusi Islam di tengah kehidupan sekuler adalah musafir yang memiliki tujuan mulia. Setiap langkah, setiap kata yang ditulis, adalah bagian dari perjalanan menuju tujuan tersebut. Tetaplah teguh, konsisten, dan bersemangat. Insya Allah, usaha kita akan membawa manfaat besar bagi umat.


*Keutamaan Istikamah*


Allah Swt. berfirman:  _"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka tetap istikamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita."_  (QS. Al-Ahqaf: 13).


Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang istikamah di jalan dakwah akan mendapatkan ketenangan dan tidak akan merasa takut atau sedih, yang merupakan bentuk penghargaan dari Allah atas konsistensi mereka dalam keimanan dan amal saleh.


Keutamaan istikamah ini menunjukkan bahwa menjaga konsistensi dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah lebih diutamakan daripada memiliki karamah (kemampuan luar biasa). Karamah adalah hal yang mungkin terjadi pada hamba-hamba Allah yang saleh, tetapi istikamah adalah bukti nyata dari kedekatan dan keteguhan seorang hamba dalam menjalankan perintah Allah setiap hari.


Sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat ulama, _“Istikamah lebih baik daripada seribu karamah.”_  Ini menekankan pentingnya konsistensi dan keteguhan dalam segala bentuk amal saleh, termasuk  dakwah literasi,  yang lebih diutamakan dibandingkan kemampuan atau karunia luar biasa yang mungkin dimiliki seseorang.


_Wallahu'alam bish Shawwab._

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel